Sabtu, 27 Maret 2010

Earth Hour vs Kearifan Lokal

Local wisdom atau kearifan lokal indonesia jauh lebih banyak dalam urusan penghematan listrik ketimbang "earth hour". Kenapa kita musti jadi pengekor padahal "local wisdom" ini hasil olah pikir nenek moyang kita. Mematikan listrik (tapi cuma lampunya saja, ac tetap hidup) terus pasang lilin.Sumber utama listrik kita justru air tanpa emisi, sementara lilin dari minyak bumi lucu jadinya. Tujuan earth hour adalah pengurangan emisi, kan...

Sebagai contoh sebuah kearifan lokal adalah bentuk rumah, arsitek dan pengembang perumahan sekarang banyak merekayasa bentuk yang tidak "eco friendly". Alasan mereka, terinspirasi gaya art deco (yang asalnya eropa, negeri dingin) atau hal-hal berbau gaya(-gayaan) lain. Jika dibangun 1-2 buah di Jakarta yang panas mungkin boleh juga untuk menunjukkan kreatifitas arsitek kita. Tapi jika sudah dibangun massal oleh developer akan menjadi beban pln karena rumah-rumah ini yang demi menekan harga jual tentu dikurangi luas dan elemennya, akhirnya penggunaan penyejuk ruangan jadi kewajiban. Bahkan dibangun di Bandung yang dingin pun tetap pengap dan alih-alih menggunakan kipas penghisap (exhaust fan) orang Bandung yang tidak mau kalah gaya dengan rekan-rekan dari Jakarta juga pakai AC.
Bentuk rumah dan jarak antar rumah sangat berpengaruh, selain itu arah angin pada umumnya di suatu daerah juga wajib dipertimbangkan dalam membangun blok-blok perumahan dan rumah susun. Banyak kearifan lokal yang tidak disadari atau dimengerti masyarakat (bahkan penggunanya sendiri). Jika kita tanyakan pada orang desa mengapa susunan blok rumah mereka seperti itu, mungkin mereka menjawab bahwa pantangan atau pamali (menimbulkan ketidak-akuran pasutri dlsb) pun tutur sesepuh adalah alasannya. Jika diteliti lebih baik ternyata arah angin di daerah itu umumnya dari Baratdaya ke Timurlaut dan pada saat2 tertentu tiupan angin hampir sekuat badai sehingga rumah-rumah dibangun menghadap ke Timur atau Barat sehingga sudut2 rumah di Baratdaya menjadi wind breaker sekaligus mengaliri angin ke dalam rumah saat tiupannya lemah. Alhasil rumah tetap nyaman, keluarga yang mendiami lebih tenteram. Masih banyak lagi local wisdom lain yang bisa jadi panutan jika kita lebih perduli dengan alam dan lingkungan. Tidak perlu repot mengekor earth hour.
Gunakan AC seperlunya dengan suhu yang tepat setiap hari juga menjadi bukti perduli dengan bumi. Adalah lucu jika kita menyalakan ac karena kepanasan saat tidur kemudian karena ac kita jadi tidur menggunakan selimut tebal. Mengapa tidak set temperatur ke 24-26 celcius deg yang cukup membuat tidur nyaman tanpa selimut.
Sebelum barat/belanda menggali minyak bumi kita, nenek moyang sudah menggunakan minyak nabati untuk penerangan. Kita lebih dulu menggunakan energi tergantikan, ini juga bentuk kearifan lokal. Seandainya kita tidak terpengaruh pola dan gaya barat tentunya kita telah menjadi negeri pengguna energi tergantikan terbesar di dunia. Dalam kurun waktu 100-200 tahun menggunakan minyak kelapa sebagai sumber penerangan pasti kita terpacu meningkatkannya, meneliti hingga menghasilkan bahan bakar tergantikan lebih dahulu dari Barat.
Kearifan lokal yang terbaru adalah gunakan perangkat lunak dan tonton film bajakan. Kenapa musti bayar mahal untuk kekayaan intelektual yang didapat dari menyedot kekayaan bumi kita dahulu. Mereka yang membuat kita tertinggal dan untuk mengejar itu kita balik memanfaatkan kemajuan mereka. Tapi lebih arif lagi jika mulai sekarang kita menggunakan dan turut mengembangkan software public license seperti linux cs.
Gali lah kearifan lokal lain dalam tiap-tiap sendi kehidupan kita dan padukan dengan pola pikir modern yang bertanggung jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar